JUDUL :
Penggunaan Alat Peraga Alamiah Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Bagian-Bagian Tumbuhan dalam Pembelajaran IPA Kelas IV di SD Negeri 003 Mentulik
ABSTRAK
“Penggunaan Alat Peraga Alamiah Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Bagian–Bagian Tumbuhan dalam Pembelajaran IPA Kelas IV di SD Negeri 003 Mentulik.” Penggunaan metode alat peraga Alamiah diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga tidak terjadi kejenuhan, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa lebih cepat dan tepat.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar siswa kelas IV SD Negeri 003 Mentulik dengan diterapkannya penggunaan alat peraga alamiah ?
- Bagaimanakah pengaruh penggunaan alat peraga alami terhadap motivasi belajar siswa ?
- Ingin mengetahui peningkatan Hasil Belajar siswa setelah diterapkannya penggunaan alat peraga alamiah.
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan penggunaan alat peraga alami.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga alamiah dapat berpengaruh positif terhadap Hasil Belajar dan motivasi belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 003 Mentulik, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
DAFTAR ISI
1. Abstrak
2. Daftar isi
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Mamfaat Hasil Penelitian
BAB II : Kajian Pustaka
A. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
B. Definisi Pembelajaran
C. Hakikat IPA
D. Proses Belajar Mengajar IPA
E. Prestasi Belajar IPA
F. Motivasi Belajar
G. Gaya Belajar
BAB III : Pelaksanaan Penelitian
A. Subyek Penelitian
B. Deskripsi per Siklus
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi per Siklus
B. Pembahasan dari setiap siklus
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua guru atau siswa pasti selalu mengharapkan agar setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa dapat memahami setiap materi yang diajarkan , siswapun mengharapkan agar guru dapat menyampaikan atau menjelaskan pelajaran dengan baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Akan tetapi harapan–harapan itu tidak selalu dapat terwujud. Masih banyak siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Ada siswa yang nilainya selalu rendah, bahkan ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal atau jika mengerjakan soalpun jawabannya asal–asalan. Semua itu menunjukkan bahwa guru harus selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus dalam pembelajarannya, agar masalah–masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi, sehingga hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
Masalah – masalah yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tidak muncul begitu saja, tetapi ada faktor–faktor penyebabnya. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa , maka guru tersebut akan dapat melakukan penanganan–penanganan yang tepat dalam memecahkan masalah pembelajarannya. Contoh masalah yang sering muncul dalam pembelajaran yaitu siswa kurang memahami penjelasan guru, siswa tidak mengerti kata, kalimat, bentuk kalimat, yang diucapkan ataupun yang ditulis. Hal ini mungkin karena penjelasan guru tidak disertai alat peraga atau alat peraga kurang atau bahkan tidak sesuai.
Sejujurnya penggunaan alat peraga untuk pembelajaran IPA di SD jarang bahkan hampir tidak pernah digunakan oleh guru-guru SD, padahal alat peraga itu ada. Akhirnya alat peraga itu hanya jadi pajangan kantor atau tersimpan rapi di lemari. Alat peraga IPA tidak perlu mahal, kita bisa menemukannya di sekitar kita seperti kebun sekolah, sawah, sungai, dan semua yang kita lihat di alam raya ini. Oleh karena itu tugas PTK yang kami laksanakan ini mencoba mengambil tema “ Penggunaan Alat Peraga Alamiah Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Bagian–Bagian Tumbuhan dalam Pembelajaran IPA Kelas IV di SD Negeri 003 Mentulik.”
Tentu saja alat peraga yang baik harus ditunjang oleh metode yang sesuai dengan materi pelajaran.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setelah kami mengevaluasi dan mengamati hasil belajar siswa, serta mengingat kembali proses pembelajaran, maupun melihat catatan harian evaluasi pada akhir pelajaran IPA, ternyata hasil belajar siswa masih banyak masalah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Masalah -masalah tersebut diantaranya yaitu:
- siswa membicarakan hal–hal di luar materi waktu berdiskusi.
- siswa kurang memerhatikan penjelasan guru
- siswa kurang memahami bahasa/ maksud kalimat soal.
- siswa kurang aktif dalam diskusi kelas
- siswa menjawab soal asal–asalan / tidak tahu
- masih ada siswa yang tidak aktif dalam diskusi kelompok.
- beberapa siswa masih bertanya tentang tugas yang harus dikerjakan.
- sebagian siswa masih mencontoh/ menyontek dari teman waktu tes.
2. Analisis Masalah
Setelah masalah–masalah yang teridentifikasi dianalisis, maka hasilnya menunjukkan bahwa penyebab munculnya masalah tersebut antara lain yaitu;
- guru tidak memberi tugas secara individual dalam kerja kelompok.
- penjelasan guru tidak disertai oleh pertanyaan/atau balikan.
- guru tidak memberi tekanan–tekanan dalam menjelaskan materi.
- guru kurang memusatkan perhatian siswa ketika siswa presentasi
- guru kurang memberi kesempatan waktu untuk berpikir
- guru kurang mengembangkan supervisi
- guru tidak menjelaskan secara rinci dan terlalu cepat.
- guru kurang bersikap preventif terhadap siswa yang menyontek.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis yang mengungkap berbagai penyebab munculnya masalah kekurang-berhasilan pembelajaran IPA tersebut di atas, maka masalah yang menjadi fokus pebaikan itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana cara mengaktifkan, memotivasi, memusatkan perhatian, memberi
pertanyaan, membimbing diskusi, agar mampu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV dalam pelajaran IPA”.
4. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pemecahan masalah atau alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- guru memberi tugas secara individual yaitu, setiap siswa harus mencatat hasil diskusi pada buku catatan.
- guru menjelaskan materi secara sistematis dengan memberikan pertanyaan atau balikan denga bahasa yang lugas, serta menggunakan alat peraga/ ilustrasi.
- guru mengawasi dan memperhatikan pada seluruh siswa, serta mengambil tindakan persuasif atau preventif.
- guru memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir, ketika melontarkan pertanyaan.
- guru berusaha memotivasi siswa dan memberi latihan /penugasan.
C. Tujuan Penelitian
I. Tujuan umum
Kegiatan penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan menemukan kebenaran penggunaan alat peraga alamiah pada pembelajaran IPA dapat menjelaskan, memotivasi, memusatkan perhatian, serta membantu
meningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa.
II. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
· Meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa keles IV dalam pembelajaran IPA, melalui penggunaan alat peraga alamiah.
· Membangkitkan motivasi siswa sehingga proses belajar mengajar pada pelajaran IPA akan lebih bermakna dan bergairah.
· Memusatkan perhatian siswa pada materi yang sedang diajarkan .
· Membiasakan belajar mandiri dan menemukan sendiri tujuan belajarnya melalui pengamatan terhadap alam sekitar
· Meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran IPA
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru yaitu dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta membangkitkan rasa percaya diri sehingga akan selalu bergairah dan bersemangat untuk memperbaiki pembelajarannya secara terus menerus.
b. Bagi siswa yaitu dapat meningkatkan pemahaman dalam menyerap materi yang dipelajari sehingga proses dan hasil belajar pun akan lebih meningkat pula.
c. Bagi sekolah yaitu bermanfaat untuk membantu sekolah dalam mengembangkan dan menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas yang akan menjadi percontohan atau model bagi sekolah – sekolah, disamping akan terlahir guru – guru yang profesional berpengalaman dan menjadi kepercayaan orang tua masyarakat serta pemerintah.
Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi guru yang mau memperbaiki pembelajarannya terutama pada pelajaran IPA dengan penggunaan alat peraga alamiah. Penggunaan alat peraga alamiah yang menjadi inti penelitian ini merupakan alat peraga/alat bantu pembelajaran IPA yang murah dan mudah yang dapat ditemukan di lingkungan paling dekat di sekitar kita. Guru bisa memberi tugas kepada siswa untuk mempersiapkan dan mencari alat peraga alamiah ini, sehingga siswa akan selalu terkait dengan apa yang dipelajari di sekolah dengan lingkungan yang mereka lihat sehari-hari. Jika hal demikian selalu dibiasakan maka keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA akan mudah diwujudkan .Semoga!
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan dan metode pembelajaran IPA
1. Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA.
Konsep pembelajaran merupakan usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu (Miarso, 2004). Berangkat dari konsep tersebut maka pemberdayaan dan pengelolaan lingkungan sebagai sumber belajar maupun pendekatan belajar tidak bisa diabaikan.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya proses belajar IPA yang diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan proses mengalami untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Oleh karena itu tiap pokok bahasan yang diajarkan harus menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu, dimana guru jangan menggunakan hanya satu atau dua pendekatan saja.
Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, antara lain pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan yang memanfaatkan alam sekitar seperti halaman, kebun, lapang rumput, semak semak, hutan, selokan, sungai, danau, pantai, laut, kawasan industri, dan lain sebagainya untuk dijadikan alat peraga ataupun sumber belajar.
Untuk membuktikan bahwa tumbuhan memiliki bagian-bagian mungkin guru perlu membawa siswa ke kebun sekolah atau membawa beberapa contoh tumbuhan yang masih kecil ke kelas, atau memberi tugas secara kelomok untuk membawa macam-macam tumbuhan seperti tanaman padi, jagung, kunyit, bunga, tebu, ubi, singkong, sirih, dan tanaman yang masih berupa bibit. Oleh karena dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, banyak sekali pendekatan lingkungan yang harus digunakan oleh guru. seperti materi tentang tumbuhan atau hewan sudah pasti banyak memerlukan contoh kongkrit dari lingkungan alam sekitar, maka sangat disayangkan apabila dalam penelitian Ilmu Pengetahuan Alam, guru tidak menggunakan pendekatan lingkungan untuk proses pembelajaran siswa.
Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran akan mengatasi kesulitan belajar siswa, pembelajaran akan lebih menarik, mengurangi verbalsme, lebih memusatkan perhatian, dan meningkatkan pemahan siswa, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2. Pendekatan penemuan
Pendekatan penemuan (discovery) merupakan proses belajar untuk menemukan sendiri pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam pendekatan ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, sedangkan guru hanya memberi bimbingan dan arahan.
Pendekatan ini erat kaitannya dengan teori belajar (Bruner, 1915) yang beranggapan bahwa belajar merupakan sesuatu kegiatan pengolahan informasi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan ,mengenal dan menjelaskan gejala yang ada di lingkungan. Dalam penerapannya Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan (discovery learning), yang prinsipnya siswa memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan menggunakan barang nyata (alamiah ).
Dari uraian singkat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan lingkungan tidak bisa dipisahkan dari pendekatan penemuan. Dimana guru dan siswa akan memerlukan lingkungan dalam menemukan informasi sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari pengetahuan, dan memecahkan masalah sehingga akan memperoleh pengetahuan yang bermakana.
3. Metode Pembelajaran IPA kelas IV SD
Pendekatan pembelajaran di kelas IV SD merupakan awal pembelajaran dengan pendekatan kompetensi bidang mata pelajaran, setelah pembelajaran dengan pendekatan terpadu atau tematik di kelas di bawahnya. Pembelajaran di kelaas IV lebih menekankan pada pengembangan konsep dan generalisasi secara logis dan sistematis.
Metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar IPA di kelas IV diantaranya ceramah, tanya jawab, latihan atau drill, kerja kelompok, observasi atau pengamataan, experimen atau percobaan, inkuiri, discoveri (penemuan). Siswa dibimbing dengan menggunakan pembelajaran konstruktif yaitu mencari, menemukan,menggolongkan, menyusun, mengkaji, menyimpulkan sendiri atau bersama-sama dalam kerja kelompok tentang tujuan-tujuan pembelajarannya.
Setiap konsep dan sub konsep disajikan dengan melibatkan buku sumber IPA, lingkungan, masyarakat. , atau teknologi. Dengan demikian siswa diharapkan dapat termotivasi rasa keingintahuannya, menambah wawasan dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan proses, ikut serta melestarikan lingkungan, menumbuhkan kesadaran dalam menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
4. Evaluasi Pembelajaran IPA di Kelas IV SD
Evaluasi pembelajaran IPA meliputi penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dibagi atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian yang sifatnya kognitif dilaksanakan dengan tes lisan atau tes tertulis dalam bentuk pertanyaan esai atau bentuk pilihan ganda. Sedangkan penilaian yang bersifat pengembangan psikomotor dan afektif dilaksanakan melalui observasi. Hasil penilaian proses digunakan untuk menentukan kualitas pembelajaran bukan untuk menentukan nilai peserta didik/ siswa.
Penilaian hasil pembelajaran IPA yang bersifat kognitif menggunakan tes bentuk obyektif atau tes bentuk uraian. Hasil penilaian hasil digunakan untuk menentukan kualitas tercapainya tujuan belajar siswa. Penilaian yang bersifat psikomotor dengan menggunakan teknik observasi, praktek experimen, pemberian tugas dan lain-lain. Sebagaimana mata pelajaran lain, hasil penilaian mata pelajaran IPA pun diharapkan mencapai hasil yang maksimal sesuai tujuan pembelajaran IPA dan tujuan pendidikan nasional.
B. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
C. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002) adalah sebagai berikut:
- Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
- Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
- Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
- Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebenaran.
- Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
- Demonstrasi; kemampuan siswa dalam memberikan pendapat dan menunjukkan sikap kreatif serta mampu menciptakan hal-hal yang lebih efisien.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
D. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan ( inter independen ) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.
E. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
F. Motivasi Belajar
Ø Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000).
Sedangkan menurut Djamarah (2002) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Ø Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000).
Sedangkan menurut Djamarah (2002), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
- Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
- Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
- Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
- Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000).
Sedangkan menurut Djamarah (2002), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
- Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
- Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
- Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
- Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
- Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
- Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
G. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Peneltian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 003 Mentulik, Kec. Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar. Mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok “Bagian- bagian tumbuhan dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri”, dengan menggunakan alat peraga alamiah.
Tingkat kemampuan para siswa bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang dan ada pula beberapa orang di atas rata-rata. Selain sekolah SD siswa Kelas IV ini juga bersekolah di Madrasah Diniyah (MD) pada sore hari.
B. Deskripsi per Siklus
Langkah –langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas di kelas IV SD Negeri 003 Mentulik dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Rencana
Siklus I
a. mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran
b. menyampaikan tujuan
c. menjelaskan langkah–langkah pembelajaran
d. mengaitkan pelajaran yang lalu dengan materi yang akan diajarkan dengan mengamati gambar jenis-jenis akar
e. siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang bagian–bagian tumbuhan
f. membimbing diskusi kelompok mengenai bagian-bagian akar dan fungsinya.
g. membimbing pengamatan siswa dalam diskusi tentang jenis-jenis akar dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan jenis akarnya.
h. menyimpulkan pelajaran
i. mengadakan post tes
Siklus II
a. mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran
b. menyampaikan tujuan
c. menjelaskan langkah – langkah pembelajaran
d. mengaitkan pelajaran yang lalu dengan materi yang akan diajarkan dengan mengamati gambar jenis-jenis akar
e. siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang bagian – bagian tumbuhan
f. membimbing diskusi kelompok mengenai bagian - bagian akar dan fungsinya.
g. membimbing pengamatan langsung siswa dalam diskusi tentang jenis – jenis akar dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan jenis akarnya.
h. menyimpulkan pelajaran
j. mengadakan post tes
Siklus III
a. mengondisikan siswa pada situasi pembelajaran
b. menyampaikan tujuan
c. menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
d. mengaitkan pelajaran yang lalu dengan materi yang akan diajarkan dengan mengamati gambar jenis-jenis akar
e. siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang bagian-bagian tumbuhan
f. membimbing diskusi kelompok mengenai bagian - bagian akar dan fungsinya.
g. membimbing pengamatan langsung siswa dalam diskusi tentang jenis-jenis akar dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan jenis akarnya.
i. menyimpulkan pelajaran
j. mengadakan post tes
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun
b. melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran siswa.
c. Melakukan tindakan khusus kepada siswa yang memerlukan bimbingan.
3. Melakukan Pengumpulan Data
a. Mencatat nilai evaluasi siswa
b. mencatat hasil pengamatan terhadap sikap siswa
c. menganalisis hasil pembelajaran
d. Melakukan refleksi terhadap hasil analisis tindakan.
4. Refleksi
a) Siklus I
Siswa belum semuanya memperhatikan penjelasan guru ketika guru sedang menjelaskan, siswa juga belum seluruhnya aktif dalam kerja kelompok/ diskusi, tercatat juga siswa kurang mengerti terhadap maksud kalimat atau bahasa yang diucapkan guru. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan contoh/ ilustrasi dan penekanan serta alat peraga yang menarik, guru juga tidak memberikan tugas secara individu dalam diskusi/ kerja kelompok, juga guru kurang memberi penekanan-penekanan terhadap kata baru atau kata kunci yang menjadi permasalahan.
b) Siklus II
Siswa sudah mulai memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa juga mulai aktif berkomunikasi dengan anggota kelompoknya dan mencatat hasil diskusi secara individual, tetapi para siswa kurang aktif ketika diskusi klasikal atau menanggapi kelompok lain ketika presentasi di depan kelas. Namun ada perkembangan yang lebih baik, siswa mulai mengerti bahasa yang dimaksud seperti, bagian-bagian, jenis-jenis, fungsi, bahwa kata-kata tersebut mengandung arti dan maksud yang berbeda.
c) Siklus III
Siswa mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi dan memahami kata kunci dalam pokok bahasan yang menjadi tujuan pembelajarannya. Siswa lebih respon dalam diskusi kelas/ presentasi ataupun tanya jawab. Hal ini disebabkan karena guru sudah menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai , serta cara menjelaskan dan membimbing diskusi kecil dengan lebih intensif. Walau pada tes akhir ada saja siswa yang mau menyontek dari temannya tapi segera bisa diatasi dengan cara mendekati dan diberi teguran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Per Siklus
I. Rencana
Siklus I
Merencanakan pembelajaran dan menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan teman sejawat untuk membantu mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas. Lembaran observasi yang digunakan adalan sebagai berikut:
Tabel II
Lembar Observasi
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi Pokok : Bagian-bagian Tumbuhan
Kelas/ Semester : IV/ I
Fokus observasi : Alat peraga
No. |
Aspek yang Diamati |
Kemunculan |
Komentar |
|
Ya |
Tidak |
|||
1. |
Kegiatan awal |
|||
1.1 |
Mengungkapkan konsep awal |
|||
1.2 |
Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari melalui tanya jawab |
|||
1.3 |
Menyampaikan tujuan pembelajaran |
|||
1.4 |
Respon siswa |
|||
2. |
Kegiatan inti |
|||
2.1 |
Memotivasi dan membimbing siswa dalam kerja kelompok |
|||
2.2 |
Keaktifan siswa dalam kegiatan pengamatan |
|||
2.3 |
Menanggapi pertanyaan siswa |
|||
2.4 |
Keaktifan dan kerja sama siswa dalam kelompok |
|||
2.5 |
Komunikasi dalam kelompok |
|||
2.6 |
Menggunakan alat peraga |
|||
2.7 |
Mempresentasikan hasil diskusi |
|||
2.8 |
Partisipasi siswa dalam menaggapi kelompok lain |
|||
2.9 |
Menanggapi hasil diskusi |
|||
3. |
Kegiatan akhir |
|||
3.1 |
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya |
|||
3.2 |
Membimbing siswa membuat kesimpulan |
|||
3.3 |
Mengadakan evaluasi |
II. Pengamatan
Setelah melakukan penelitian dan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Aktivitas siswa pada siklus I belum maksimal, masih banyak siswa yang mengandalkan orang lain dalam diskusi atau kerja kelompok. Hanya siswa yang menjadi ketua kelompok dan siswa yang mencatat hasil diskusi yang aktif. Tapi ada salah satu kelompok yang semua anggotanya aktif berpartisipasi menyelesaikan masalah, mengemukakan pendapatnya.
Mulai pada siklus II dan sikus III aktivitas siswa menunjukkan kemajuan. Hampir semua siswa aktif berdiskusi karena mereka walaupun kerja kelompok tapi memiliki tugas individual untuk hasil diskusinya. Disamping itu alat peraga yang dibawa siswa sangat mendukung pada siswa dalam belajar, sehingga secara langsung memotivasi siswa belajar secara kompetitif. Pemahaman siswa terhadap materi mulai meningkat pada siklus III . terbukti mereka lebih aktif dalam mengeluarkan pendapatnya , menjawab pertanyaan, ataupun bertanya dan menanggapi pendapat siswa lain atau kelompok lain.
Tabel IV
Hasil Pengamatan Aktifitas Guru
Penggunaan Waktu
No |
Jenis kegiatan |
waktu |
1 |
Mengadministrasikan siswa |
5 menit |
2 |
Melakukan proses pembelajaran |
45 menit |
3 |
Mencatat pelajaran |
5 menit |
4 |
Melakukan tes formatif |
10 menit |
5 |
Menganalsis/ mengoreksi hasil evaluasi |
5 menit |
Jumlah |
70 menit |
Tabel V
Pengamatan Komponen PBM
No |
Jenis akegiatan |
keberatan |
kualitas |
|||
ya |
tidak |
baik |
cukup |
kurang |
||
1. |
Mengadministrasikan siswa |
√ |
√ |
|||
2. |
Melakukan proses pembelajaran |
√ |
√ |
|||
3. |
Mencatat pelajaran |
√ |
√ |
|||
4. |
Melakukan tes formatif |
√ |
√ |
|||
5. |
Menganalisis / mengoreksi hasil evaluasi |
√ |
√ |
|||
6. |
Aktifitas siswa dalam kerja kelompok |
√ |
√ |
Tabel VII
Data Siklus I
NO |
Nilai |
Tally |
Frekwensi |
Jumlah |
1 |
30 |
I |
1 |
30 |
2 |
40 |
II |
2 |
80 |
3 |
45 |
II |
2 |
90 |
4 |
50 |
I |
1 |
50 |
5 |
60 |
IIIII |
5 |
300 |
6 |
65 |
IIII |
4 |
260 |
7 |
70 |
II |
2 |
140 |
8 |
80 |
IIII |
4 |
320 |
9 |
90 |
I |
1 |
90 |
10 |
100 |
I |
1 |
100 |
Jumlah |
23 |
23 |
1460 |
|
Rata-rata |
63.47 |
Tabel VIII
Data Siklus II
NO |
Nilai |
Tally |
Frekwensi |
Jumlah |
1. |
40 |
I |
1 |
40 |
2. |
50 |
II |
2 |
100 |
3. |
55 |
I |
1 |
55 |
4. |
60 |
II |
3 |
180 |
5. |
65 |
II |
2 |
130 |
6. |
70 |
II |
2 |
140 |
7. |
75 |
I |
1 |
75 |
8. |
80 |
IIII |
4 |
320 |
9. |
85 |
I |
1 |
85 |
10. |
90 |
II |
2 |
180 |
11. |
100 |
IIII |
4 |
400 |
Jumlah |
23 |
23 |
1705 |
|
Rata-rata |
74.13 |
Hasil nilai evaluasi pada siklus III menunjukkan peningkatan pemahaman siswa pada materi yaitu nilai rata-rata kelas telah mencapai nilai 79,13. Hal ini membuktikan bahwa alat peraga alamiah telah membantu proses pembelajaran mereka. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru menjadi meningkat, keaktifan siswa dalam diskusi lebih merata, dan pemahaman terhadap istilah / bahasa lebih jelas.
Tabel I
Data Siklus III
NO |
Nilai |
Tally |
Frekwensi |
Jumlah |
1 |
40 |
I |
1 |
40 |
2 |
50 |
I |
1 |
50 |
3 |
60 |
IIII |
4 |
240 |
4 |
65 |
I |
1 |
65 |
5 |
70 |
II |
2 |
140 |
6 |
75 |
I |
1 |
75 |
7 |
80 |
III |
3 |
240 |
8 |
90 |
III |
3 |
270 |
9 |
100 |
IIIIIII |
7 |
700 |
Jumlah |
23 |
23 |
1820 |
|
Rata-rata |
79.13 |
Secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus III nilai Rata-rata hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.
III. Refleksi
Pada siklus I perhatian siswa kelas IV SD Negeri 003 Mentulik terhadap pembelajaran atau penjelasan guru masih kurang.
Pada siklus ke II penggunaan alat peraga alamiah telah membangkitkan gairah belajar serta membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Hal ini dapat diamati dari nilai hasil evaluasi pada siklus II ada peningkatan. Dari data nilai hasil evaluasi siswa kelas IV SD Negeri 003 Mentulik pada siklus III yang terus meningkat telah menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari penggunaan alat peraga alamiah ini.
B. Pembahasan dari setiap siklus
Siklus I
Hasil belajar pada siklus I yang masih dibawah target menunjukkan proses pembelajaran yang kurang aktif dan guru belum bisa menyampaikan materi
secara optimal. Disamping itu aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor belum muncul secara positif, menetap, dan menyeluruh.
Siklus II
Hasil belajar pada siklus II menunjukkan kemajuan. Penggunaan alat peraga alamiah telah membantu siswa berinteraksi langsung dengan benda nyata, membangkitkan motivasi belajar, menyajikan pesan secara serempak bagi seluruh siswa. Dalam pengelolaan kelas guru telah membantu siswa merasakan kebebasan untuk melakukan apa yang siswa inginkan (Weber, 1977)
Siklus III
Pada pembelajaran siklus III, adanya peningkatan nilai hasil evaluasi menunjukkan guru sudah mulai mengerti bahwa guru ketika mengajar untuk perbaikan seharusnya mulai dengan refleksi dengan bertanya kepada diri sendiri “ Apa yang diperlukan anak? Dan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan anak? (Kohn, 1996)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan alat peraga alamiah yang disertai dengan metode yang tepat pada pembelajaran IPA ternyata dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa, memotivasi siswa untuk belajar, membantu siswa dalam diskusi, meningkatkan perhatian dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dan meningkatkan hasil pembelajaran. Terbukti dari nilai rata-rata, dimana kedua siklus terakhir menggunakan alat peraga alamiah.
B. Saran
Setiap guru seharusnya selalu berusaha untuk menggunakan alat peraga alamiah dalam pembelajaran IPA yang sesuai dengan materi. Selain untuk IPA, alat peraga alamiah bisa juga diterapkan pada setiap mata pelajaran terutama pelajaran Bahasa Indonesia, untuk mengurangi verbalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
Komentar
Posting Komentar