Dalam hidup, hampir setiap orang pernah berada pada titik terendah dalam hidupnya. Merasa dirinya tak berguna, merasa dirinya gagal, merasa tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Merasa tidak ada lagi jalan keluar dari persoalan yang sedang di hadapinya. Semuanya terasa berantakan, semuanya terasa hancur. Tak ada lagi semangat untuk melakukan apa pun. Bahkan sudah tak ada lagi gairah untuk melanjutkan hidup. Perasaan ingin menyerah, perasaan ingin berhenti dan bahkan perasaan ingin mengakhiri hidup. Berada pada titik nadir atau pun titik terendah dalam hidup, memang sangat menyakitkan. Merasakan kesedihan yang teramat dalam dan berkepanjangan. Tak tahu lagi arah mana yang akan di tuju. Semua jalan terasa buntu, hidup terasa sia-sia dan tak bermakna. Namun percayalah, bahwa setiap orang pernah mengalami hal tersebut, tak peduli siapa pun itu. Hanya mungkin cara setiap orang menghadapinya tidaklah sama. Ada yang tidak mau terlalu lama larut dalam kondisi tersebut, dan ada juga yan...
Nabi Hud Merupakan Nabi keempat yang wajib kita imani sebagai umat muslim.
Menurut silsilahnya Nabi Hud merupakan keturunan dari Nabi Nuh As
Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut; Hud bin Abdullah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Irim bin Syam bin Nuh.
Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melka binti Madal bin Japeth (Yafas).
Nabi Hud diperkirakan hidup hingga 472 tahun.
Nabi Hud adalah keturunan dari suku 'Ad, suku yang hidup di jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada dan Al-Haba. Mereka termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nuh.
Suku 'Ad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar untuk mereka sembah dan percayai untuk mendatangkan kebahagiaan, kebaikan, keuntungan dan dapat menolak kejahatan serta mencegah segala musibah.
Ajaran Nabi Idris dan Nabi Nuh As sudah tidak lagi mereka jalankan.
Nabi Hud As memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya yakni suku 'Ad, kepada tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Tanah mereka yang subur dan alam yang indah tersebut merupakan bukti dari Kebesaran Allah.
Nabi Hud meyakinkan kaumnya akan segala penciptaan Allah, bahwa Allah yang telah menciptakan mereka semua dan Allah juga lah yang telah mengkaruniakan segala kenkmatan hidup. Sehingga sudah seharusnya Allah-lah yang wajib mereka sembah, bukan patung-patung yang mereka buat sendiri.
Nabi Hud menegaskan bahwa ia adalah utusan Allah untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka serta menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rejeki atau mencabutnya dari mereka.
Nabi Hud tidak mengharapkan apa pun dari usahanya membawa kaumnya ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan mengingatkan kaumnya tentang kaum Nabi Nuh yang ditimpa azab Allah karena mereka ingkar terhadap Allah. Nabi Hud mengajak suku 'Ad untuk tidak lagi menyembah berhala.
Namun suku 'Ad, tidak mendengar segala seruan dari Nabi Hud. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh Nabi Hud sebagai suatu penyimpangan dari kepercayaan mereka selama ini, yang merupakan sebuah kepercayaan yang mereka pertahankan dari nenek moyang mereka.
Himbauan dari Nabi Hud mereka anggap telah mengubah tata cara hidup mereka selama ini.
Kaum 'Ad merasa bahwa Nabi Hud telah berusaha mengganti agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru, yang mereka tidak kenal dan tidak dapat mereka pahami serta tidak bisa diterima oleh akal pikiran mereka.
Kaum 'Ad bahkan dengan terang-terangan menantang dan mengejek Nabi Hud dan pengikutnya. Mereka tidak percaya kalau Allah yang Nabi Hud agung-agungkan itu bisa mendatangkan bencana, jika mereka tetap menyembah berhala yang mereka buat tersebut.
Mereka menghujat Nabi Hud dan hendak mencelakakan beliau. Namun Nabi Hud menghadapi semua itu dengan sangat sabar. Beliau memang tercatat dalam sejarah sebagai salah seorang Nabi yang memiliki sikap sabar.
Usaha beliau untuk membawa kaumnya ke jalan yang di ridhoi oleh Allah, penuh dengan tantangan dan rintangan yang berat.
Meski pun demikian, beliau tetap sabar dan berusaha untuk membuat kaum 'Ad sadar akan kesalahan mereka.
Namun kaum 'Ad sangatlah keras, mereka bahkan menantang Nabi Hud untuk mendatangkan bencana jika memang ia mampu.
Karena kaum 'Ad yang kafir dan tetap membangkang, Allah menurunkan azab kepada mereka. Adapun azab yang Allah turunkan pada kaum 'Ad terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama Allah menurunkan kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka.
Dalam kondisi kekeringan tersebut, Nabi Hud masih berupaya mayakinkan mereka, bahwa apa yang mereka alami saat itu merupakan pembalasan dari Allah karena pembangkangan mereka.
Nabi Hud mengajak kembali kaum 'Ad untuk segera memohon ampun kepada Allah, agar Allah mencabut segala azab tersebut dan menurunkan hujan yang sangat mereka harapkan.
Namun upaya tersebut hanya sia-sia, karena kaum 'Ad tetap tidak percaya, dan mereka lebih memilih untuk meminta pertolongan kepada berhala yang mereka sembah.
Hingga Allah akhirnya menurunkan azab tahap kedua yang merupakan angin badai yang sangat dahsyat, sehingga kaum 'Ad hiruk pikuk berlarian kesana kemari mencoba menyelamatkan diri.
Segala bangunan, hewan ternak dan harta benda mereka berterbangan terbawa oleh badai yang sangat besar itu.
Seluruh kaum 'Ad akhirnya musnah, kecuali Nabi Hud dan para sahabatnya yang telah beriman. Mereka mendapat perlindungan dari Allah, hingga mereka bisa selamat dari musibah tersebut.
Setelah musibah itu usai, Nabi Hud dan para sahabatnya pergi meninggalkan tempat tersebut. Nabi Hud hijrah ke Hadramaut. Disanalah beliau tinggal dan menghabiskan sisa hidupnya hingga beliau wafat.
Hingga saat ini, makan beliau yang berada lebih kurang 50 km dari kota Siwun yang terletak diatas sebuah bukit, masih sering dikunjungi oleh para peziarah dari daerah sekitar, terutama di bulan Sya'ban.
Di dalam Al-Qur'an kisah Nabi Hud disebutkan pada 68 ayat dari 10 surah, diantaranya:
- Surah Hud, ayat 50 sampai 60
- Surah Al-Mu'minun, ayat 31 sampai 41
- Surah Al-Ahqaaf, ayat 21 sampai 26
- Surah Al-Haaqqah, ayat 6 sampai 8
- Surah Al-A'raf, ayat 66, 67 dan 69
- Surah Ash-Shu'ara, ayat 123 sampai 137
- Surah Fussilat, ayat 15
- Surah Al-Fajr, ayat 6-8
- Surah Sad, ayat 12 - 13
- Surah Ibrahim, ayat 9
"sedangkan kaum 'Ad dibinasakan dengan angin kencang yang sangat dingin. Allah menimpakan angin tersebut kepada mereka selama tujuh hari delapan malam secara terus menerus. Kamu akan melihat, ditempat angin itu bertiup, mereka mati bagaikan pangkal-pangkal pohon yang telah lapuk bagian dalamnya. Maka, apakah kamu masih melihat seseorang dari mereka yang tersisa dan turut binasa?" (Surah; Al-Haqqa : 6-8)
"lalu kami selamatkan Hud dan pengikut-pengikutnya yang beriman dengan kasih sayang kami. Dan kami turunkan kepada orang-orang kafir sesuatu yang memusahkan mereka sehingga tidak ada yang tersisa sedikit pun. Mereka tidak termasuk kelompok orang-orang yang beriman." (Surah; Al-A'raf : 72)
************************
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar