Nabi Ismail merupakan putra dari Nabi Ibrahim As.. Sewaktu Nabi Ismail kecil, beliau pernah hendak disembelih untuk dikorbankan oleh sang Ayah atas perintah Allah Swt. Kisah penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim dapat disimak pada kisah Nabi Ibrahim hendak menyembelih Nabi Ismail disini.
Selain peristiwa pengorbanan tersebut, ada peristiwa lain yang tercatat dalam sejarah ketika Nabi Ismail masih bayi. Yakni peristiwa asal muasal air zam-zam di kota Mekah.
Peristiwa ini bermula ketika suatu masa Nabi Ibrahim As,, atas perintah Allah, dengan sangat terpaksa harus mengasingkan sang isteri, Siti Hajar, dan putranya Ismail disuatu tempat, yang saat ini menjadi kota Mekah. Siti Hajar dan putranya hanya tingal berdua di tempat yang sunyi dan jauh dari keramaian. Tempat tersebut juga hanya terdapat bukit-bukit yang tandus dan kering.
Siti Hajar harus berjuang dengan susah payah agar dapat bertahan hidup di tempat yang sunyi itu. Beliau tidak memiliki perbekalan yang cukup untuk bertahan hidup. Hingga suatu hari, Nabi Ismail yang masih bayi menangis karena kehausan. Air susu Siti Hajar sendiri sudah tidak lagi bisa mengeluarkan air. Siti Hajar pun berusaha mencari sumber air, agar ia dan bayinya dapat minum.
Dalam kelelahannya mencari sumber air tersebut, dari kejauhan Siti Hajar melihat bahwa disebuah bukit terdapat seperti sebuah sumber air, maka dengan tergesa Siti Hajar pun menuju bukit tersebut. Bukit tersebut terkenal dengan nama bukit shafa.
Namun sesampainya Siti Hajar di bukit tersebut, ternyata disana tidak ada apa-apa, yang membuat Siti Hajar semakin lelah. Ditengah kelelahannya tersebut, kembali beliau melihat di sebuah bukit yang lain, terdapat sumber air. Dengan menahan semua kelelahannya, Siti Hajar pun berlari menuju bukit tersebut, yang terkenal dengan nama bukit Marwah. Namun sesampainya di bukit Marwah, ternyata disana juga tidak ada apa-apa.
Menyadari hal itu, Siti Hajar tidaklah berputus asa. Dalam kondisi tubuhnya yang semakin lelah, kembali ia melihat dan menedengar diatas bukit Shafa, bukit yang pertama ia datangi tadi, ada seseorang yang memanggilnya untuk datang kesana. Siti Hajar pun segera berlari menuju bukit Shafa. Dan sesampai disana ia juga tidak menemukan apa-apa, selain tanah yang tandus dan gersang.
Saat itu kembali ia mendengar dan melihat seseorang memanggilnya lagi dari bukit Marwah. Siti Hajar pun berlari kembali ke bukit Marwah. Dan yang ia temukan disana hanyalah kehampaan.
Peristiwa itu terus terjadi hingga tujuh kali berturut-turut, Siti Hajar mondar-mandir dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Sampai akhirnya beliau benar-benar kelelahan kehabisan tenaga.
(Peristiwa perjalanan Siti Hajar dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali tersebut, menjadi salah satu rukun umroh dan haji, yang disebut ibadah Sa'i.)
Dalam keadaan hampir tak berdaya tersebut, Siti Hajar tetaplah tidak berputus asa. Ia sangat yakin pertolongan Allah akan datang padanya dan putranya. Ia terus berdo'a meminta pertolongan kepada Allah, hingga Allah Swt pun mengirimkan malaikat Jibril kepada Siti Hajar dan anaknya.
Malaikat Jibril yang dikirimkan Allah tersebut, mengajak Siti Hajar ke suatu tempat. Di tempat tersebutlah malaikat Jibril menginjakkan kakinya. Dari hentakkan kaki malaikat Jibril tersebut keluarlah mata air yang sangat jernih. Mata air itu terus mengalir dengan deras. Siti Hajar sangat bergembira melihat hal tersebut, segera ia membasahi bibir Ismail, putranya, dengan air tersebut.
Sumber mata air dari hentakkan kaki malaikat Jibril tersebut dikenal dengan air zam-zam, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai mata air yang suci.
(Sebagian sejarah menyebutkan, jika sumber mata air zam-zam tersebut berasal dari hentakan kaki Nabi Ismail yang masih bayi).
*********
Walaupun tinggal terpisah dari Siti Hajar dan putranya, Nabi Ibrahim As, masih rutin mengunjungi mereka. Bahkan hingga Nabi Ismail dewasa dan menikah.
Setelah tumbuh dewasa, Nabi Ismail pun menikah dengan seorang gadis bernama Imarah binti Sa'd bin Usamah. Namun atas permintaan sang Ayah, Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tersebut.
Pada suatu hari Nabi Ibrahim berkunjung ke rumah Nabi Ismail, yang baru saja menikah. Namun ternyata Nabi Ismail tidak sedang berada dirumah, maka Nabi Ibrahim disambut oleh istri Nabi Ismail. Istri Nabi Ismail, Imarah, tidak mengenali Nabi Ibrahim sebagai mertuanya. Imarah pun memperlakukan Nabi Ibrahim dengan tidak sopan, bahkan Nabi Ibrahim tidak dihidangkannya minuman apa lagi makanan.
"kami tidak punya apa-apa untuk dihidangkan..." begitu ucapan ketus dari Imarah kepada Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim dapat menilai bahwa kelakuan istri Nabi Ismail sangatlah tidak baik dan tidak bersyukur, serta ia juga tidak menghargai Nabi Ismail sebagai suaminya.
Melihat sikap istri Nabi Ismail yang tidak menghargainya sebagia tamu, Nabi Ibrahim pun berpesan kepada istri Nabi Ismail,
"jika suamimu nanti pulang, sampaikan pesanku kepadanya." ucap Nabi Ibrahim, "sampaikan salamku padanya, dan suruhlah ia untuk mengganti pintunya..."
Setelah berkata demikian, Nabi Ibrahim pun pamit.
Saat Nabi Ismail pulang dari bekerja, sang istri pun menyampaikan pesan dari Nabi Ibrahim kepadanya.
"tadi ada seorang tua yang datang dan mencarimu. Ia berpesan untuk menyampaikan salam kepadamu dan memintamu untuk mengganti pintumu." ucap sang istri.
Nabi Ismail mengerti, ia pun berkata "ia adalah Ayahku, dan pesan beliau berarti aku harus menceraikanmu, maka kembalilah kepada keluargamu..."
Setelah bercerai dari istri pertamanya, Nabi Ismail pun menikah lagi dengan Sayyidah binti Madhadh bin Amr Al-Jurhumiy. Dari istrinya inilah Nabi Ismail memperoleh keturunan 12 orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan bernama Bashemath.
Dalam sejarahnya diceritakan, bahwa pada suatu masa, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah Swt untuk membangun sebuah Ka'bah di kota Mekah yang saat itu sudah mulai berkembang.
Nabi Ibrahim pun menyampaikan hal tersebut kepada Nabi Ismail, putranya.
"wahai Ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada Ayah, dan saya akan membantu Ayah dalam menyelesaikan pekerjaan mulia tersebut..." demikian Nabi Ismail berkata kepada sang Ayah.
Maka bekerja samalah mereka untuk membangun Ka'bah tersebut, yang merupakan tempat beribadah pertama bagi umat Islam. Pada bangunan Ka'bah, terdapat sebuah batu yang dikenal dengan nama Hajar Aswad.
Batu Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang diberikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Ismail As, atas perintah Allah. Batu tersebut merupakan sebuah batu mulia yang merupakan salah satu lambang kebanggan umat Islam hingga sekarang.
Para ulama menyebutkan, barang siapa yang dapat mencium batu Hajar Aswad ketika pelaksanaan ibadah haji, maka ia termasuk golongan orang yang beruntung.
Kisah Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam usaha mereka membangun Ka'bah terdapat dalam Al-Qur'an, yakni diantaranya :
"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (QS. Ali Imran : 96)
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 127)
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikan lah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkan lah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!" (QS. Al-Baqarah : 125)
Baca juga :
Komentar
Posting Komentar