Dalam hidup, hampir setiap orang pernah berada pada titik terendah dalam hidupnya. Merasa dirinya tak berguna, merasa dirinya gagal, merasa tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Merasa tidak ada lagi jalan keluar dari persoalan yang sedang di hadapinya. Semuanya terasa berantakan, semuanya terasa hancur. Tak ada lagi semangat untuk melakukan apa pun. Bahkan sudah tak ada lagi gairah untuk melanjutkan hidup. Perasaan ingin menyerah, perasaan ingin berhenti dan bahkan perasaan ingin mengakhiri hidup. Berada pada titik nadir atau pun titik terendah dalam hidup, memang sangat menyakitkan. Merasakan kesedihan yang teramat dalam dan berkepanjangan. Tak tahu lagi arah mana yang akan di tuju. Semua jalan terasa buntu, hidup terasa sia-sia dan tak bermakna. Namun percayalah, bahwa setiap orang pernah mengalami hal tersebut, tak peduli siapa pun itu. Hanya mungkin cara setiap orang menghadapinya tidaklah sama. Ada yang tidak mau terlalu lama larut dalam kondisi tersebut, dan ada juga yan...
“ Kehendak-Nya
Pasti Terjadi “
Janganlah kau mengeluh
tentang sesuatu bencana yang menimpa-mu kepada siapapun, baik kepada kawan
maupun lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhan-mu atas semua takdir-Nya bagimu,
dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang
dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya
kepadamu, dan segala puji syukur atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji
syukurmu atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih
baik ketimbang cerita-cerita mu perihal kepedihan hidup.
Adakah ciptaan yang
sunyi dari rahmat-Nya ?
Allah Swt berfirman : “
Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya.”
(QS. 14 : 34).
Betapa banyak nikmat
yang telah kau terima dan tak kau sadari !
Jangan merasa senang
dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal ihwal mu
kepada siapapun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya. Merasa senanglah
dengan-Nya, dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan kau lihat orang
lain, karena mereka tak memberi mamfaat dan mudhorat. Segala sesuatu adalah
ciptaan-Nya, ditangan-Nya lah sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka
sampai detik inipun semata-mata karena kehendak-Nya. Dialah penentu derajat
mereka. Barang siapa dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikannya
hina.
Dan barangsiapa
dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah
berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun mampu mencegahnya,
selain Ia sendiri.
Dan jika Ia berniat
melimpahkan kebaikan, tak seorangpun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah,
bila kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak,
dan menutup mata atas yang kau milikki, maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali
nikmat-Nya dari mu, mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan kesusahanmu,
dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi
terhinakan dimata-Nya.
Oleh karena itu,
janganlah kau mengeluh sedikitpun, walau jasadmu digunting-gunting menjadi
serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu! Takutlah kepada Allah!
Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya, sebagian
besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka
terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha Pengasih. Maha Adil. Maha
Sabar. Maha Penyayang dan yang lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya.
Nabi Suci Saw, telah
bersabda :
“ Allah lebih penyayang
terhadap hamba-hamba-Nya ketimbang seorang Ibu terhadap anaknya.”
Wahai yang dirundung
malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik. Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah
menimpamu. Meski kau tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau
kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya.
Ridho dan Rindulah kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah
keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau?
Belumkah kau dengar firman Allah. “Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya
berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu, dan
Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2 : 26 ).
********************
Beberapa menit kemudian, aku dengar lagi lantunan suara do'a penutup sholat. Aku mencoba bangkit dari mimpi ku. Pelan ku gerakkan tubuhku untuk duduk dan berdiri. Aku berjalan sempoyongan menuju kamar mandi, dengan mata masih sangat ngantuk.
Ku basuh muka ku dengan air, dan aku pun mandi dengan sedikit malas. Selesai mandi, aku pun berwudhu', berusaha menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku sholat subuh, ketika hampir jam 6 pagi. Sudah sangat terlambat! Tapi aku tetap tidak merasa bersalah.
Jam 07.00 Wib, aku berangkat kerja. Menjalani rutinitas biasa, yang selalu terasa membosankan. Aku bekerja sebagai salah seorang honorer di sebuah sekolah negeri di desa ku. Sudah hampir tujuh tahun.
Jam 12.05, aku pulang kerja. Sebentar lagi adzan dzuhur akan berkumandang. Aku rebahan sebentar di ranjang, menanti waktu sholat masuk. Namun ternyata aku ketiduran, hingga suara adzan membangunkan ku. Harusnya aku bangun dari tidurku, tapi rasanya begitu malas untuk duduk.
Aku lanjutkan lagi tidurku. Toh, masih adzan. pikirku.
Aku melamun tak tentu arah, tak ku pedulikan suara iqomah yang terdengar. Aku merasa begitu malas dan capek. Hingga akhirnya jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah dua, dan aku pun bangkit. Namun perutku terasa begitu lapar. Aku ke dapur dan makan siang. Sekitar jam 2, aku baru hendak melakukan sholat dzuhur. Dan aku terlambat lagi...
Ketika adzan sholat ashar, aku sedang asik berkutat dengan laptop ku, mengerjakan beberapa pekerjaan. Tapi aku terus saja bekerja, tanpa menghiraukan suara adzan. Jam lima sore, aku sholat ashar. Sudah sangat terlambat!
Sore, seperti biasa, aku sedikit berolahraga dengan bermain bola voli di lapangan desa. Lapangan itu tak begitu jauh dari mesjid. saking asiknya bermain, aku tak sadar, kalau waktu magrib sudah hampir masuk. Dan tak lama kemudian suara adzan magrib pun terdengar nyaring di telinga ku. Tapi aku masih saja enak-enakan ngobrol dengan teman-teman di lapangan. Setelah ku dengar suara imam membaca surat Al-Fatihah, baru lah saya beranjak pulang dan mandi. Aku sholat hampir jam tujuh malam. Sudah terlambat lagi...
Selesai sholat magrib, aku buka handphone dan menonton film kesukaanku. Tak lama kemudian, suara adzan Isya pun berkumandang dari mesjid. Aku tetap menonton. Nanggung film nya belum habis, bathinku. Tak sadar, sudah dua film yang aku tonton, dan jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 09.30 wib malam. Aku pun berwudu dan sholat Isya. Masih sangat terlambat....
Begitu lah selalu, hampir setiap harinya. Bahkan kadang aku dengan sangat sengaja tidak sholat sama sekali. Dengan alasan malas, capek dan bosan.
Tuhan, maafkan aku yang selalu terlambat melaksanakan kewajibanku. Aku lebih mementingkan dunia ku. Tak peduli sudah berapa banyak nikmat yang Engkau titipkan padaku, namun aku selalu saja lalai.
Maafkan aku Tuhan, yang telah menyepelekan himbauan-Mu!
********************
********************
Sebuah argumen tentang kita, dan Fitnah
Sebuah Argumen Tentang Kita...
**********************************
Suara adzan berkumandang nyaring di telinga ku, terdengar dari Mesjid satu-satunya di desa ku. Aku mencoba membuka mata, dengan kekuatan penuh, lalu kutatap jam di handphone. Jam 04.55 wib, waktu subuh telah masuk. Kuusap wajahku tiga kali, tapi mataku justru terpejam kembali, semakin larut dengan mimpi indah. Dan aku mengikuti irama indah mimpi itu, aku tertidur pulas lagi. Sayup-sayup aku dengar suara iqomah dari mesjid, pertanda sholat subuh akan dimulai. Aku tetap pulas. Tertidur tanpa rasa bersalah, tanpa rasa berdosa.
Hidup hanyalah perjalanan waktu,
Esok akan menjadi hari ini,
Hari ini akan menjadi kemarin,
Kemarin akan menjadi masa lalu...
Lalu siapa kita?!
Apa yang telah kita perbuat dalam perjalanan ini...?
Hidup hanyalah perjalanan waktu...
Orang-orang dewasa dulu, kini telah menjadi tua.
Orang-orang tua dulu, kini telah tiada...
Anak-anak dulu, kini telah menjadi dewasa...
Lalu apa kita?!
Mamfaat apa yang telah mampu kita berikan?
Hidup hanyalah perjalanan waktu...
Hari ini kita sehat, esok mungkin kita sakit.
Hari ini kita berjalan kaki,
esok mungkin akan menaiki mobil mewah atau mungkin keranda...
hari ini kita ada,
esok mungkin kita bukan siapa-siapa lagi...
Hari ini kita dibutuhkan,
esok mungkin akan ada yang menggantikan posisi kita...
Lalu bagaimana kita?
Sudahkah kita menjadi pribadi yang baik...?!
Hidup hanyalah sebuah perjalanan waktu...
hari ini kita didepan,
mungkin esok kita hanyalah bagian dari serpihan kenangan.
Pada akhirnya semua akan berlalu,
kita akan pergi dan menjadi tiada,
tergantikan oleh orang-orang setelah kita...
Apa yang telah kita tinggalkan?!
Sifat-sifat yang baik?
atau sebaliknya...?!
Hidup seharusnya mengajarkan kita,
tentang betapa pentingnya hari ini...
karena tiada yang bisa kembali ke masa lalu...
dan masa depan hanyalah sebuah ketidakpastian.
Hari ini adalah kenyataan,
hari ini adalah kesempatan.
lakukan saja hal-hal yang baik.
berbuat baiklah, semasih ada peluang...
karena hanya kebaikanlah yang akan mengantarkan kita
pada tempat yang baik.
hidup hanyalah tentang sebuah perjalanan waktu,
orang-oarang datang lalu pergi...
orang-orang terlihat, lalu hilang...
kemanakah kita...?!
kemana kita akan kembali?
kita hanyalah menunggu,
menunggu saat untuk dipanggil kembali...
kembali ke tempat kita berasal...
Kembalilah dengan keadaan yang baik.
karena hidup mengajarkan kita tentang kebaikan.
Esok kita hanya akan menjadi lembaran cerita,
lukislah cerita tentang kita,
yang menghadirkan kebaikan.
agar tidak hanya menjadi sebuah cerita dongeng
pengantar tidur...
Tapi menjadi sebuah cerita yang mampu menginspirasi,
dan menjadi contoh yang baik...
hingga saat kita kembali...
Esok akan menjadi hari ini,
Hari ini akan menjadi kemarin,
Kemarin akan menjadi masa lalu...
Lalu siapa kita?!
Apa yang telah kita perbuat dalam perjalanan ini...?
Hidup hanyalah perjalanan waktu...
Orang-orang dewasa dulu, kini telah menjadi tua.
Orang-orang tua dulu, kini telah tiada...
Anak-anak dulu, kini telah menjadi dewasa...
Lalu apa kita?!
Mamfaat apa yang telah mampu kita berikan?
Hidup hanyalah perjalanan waktu...
Hari ini kita sehat, esok mungkin kita sakit.
Hari ini kita berjalan kaki,
esok mungkin akan menaiki mobil mewah atau mungkin keranda...
hari ini kita ada,
esok mungkin kita bukan siapa-siapa lagi...
Hari ini kita dibutuhkan,
esok mungkin akan ada yang menggantikan posisi kita...
Lalu bagaimana kita?
Sudahkah kita menjadi pribadi yang baik...?!
Hidup hanyalah sebuah perjalanan waktu...
hari ini kita didepan,
mungkin esok kita hanyalah bagian dari serpihan kenangan.
Pada akhirnya semua akan berlalu,
kita akan pergi dan menjadi tiada,
tergantikan oleh orang-orang setelah kita...
Apa yang telah kita tinggalkan?!
Sifat-sifat yang baik?
atau sebaliknya...?!
Hidup seharusnya mengajarkan kita,
tentang betapa pentingnya hari ini...
karena tiada yang bisa kembali ke masa lalu...
dan masa depan hanyalah sebuah ketidakpastian.
Hari ini adalah kenyataan,
hari ini adalah kesempatan.
lakukan saja hal-hal yang baik.
berbuat baiklah, semasih ada peluang...
karena hanya kebaikanlah yang akan mengantarkan kita
pada tempat yang baik.
hidup hanyalah tentang sebuah perjalanan waktu,
orang-oarang datang lalu pergi...
orang-orang terlihat, lalu hilang...
kemanakah kita...?!
kemana kita akan kembali?
kita hanyalah menunggu,
menunggu saat untuk dipanggil kembali...
kembali ke tempat kita berasal...
Kembalilah dengan keadaan yang baik.
karena hidup mengajarkan kita tentang kebaikan.
Esok kita hanya akan menjadi lembaran cerita,
lukislah cerita tentang kita,
yang menghadirkan kebaikan.
agar tidak hanya menjadi sebuah cerita dongeng
pengantar tidur...
Tapi menjadi sebuah cerita yang mampu menginspirasi,
dan menjadi contoh yang baik...
hingga saat kita kembali...
**********************************
Maaf Tuhan! Saya telat lagi...
Suara adzan berkumandang nyaring di telinga ku, terdengar dari Mesjid satu-satunya di desa ku. Aku mencoba membuka mata, dengan kekuatan penuh, lalu kutatap jam di handphone. Jam 04.55 wib, waktu subuh telah masuk. Kuusap wajahku tiga kali, tapi mataku justru terpejam kembali, semakin larut dengan mimpi indah. Dan aku mengikuti irama indah mimpi itu, aku tertidur pulas lagi. Sayup-sayup aku dengar suara iqomah dari mesjid, pertanda sholat subuh akan dimulai. Aku tetap pulas. Tertidur tanpa rasa bersalah, tanpa rasa berdosa.
Beberapa menit kemudian, aku dengar lagi lantunan suara do'a penutup sholat. Aku mencoba bangkit dari mimpi ku. Pelan ku gerakkan tubuhku untuk duduk dan berdiri. Aku berjalan sempoyongan menuju kamar mandi, dengan mata masih sangat ngantuk.
Ku basuh muka ku dengan air, dan aku pun mandi dengan sedikit malas. Selesai mandi, aku pun berwudhu', berusaha menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku sholat subuh, ketika hampir jam 6 pagi. Sudah sangat terlambat! Tapi aku tetap tidak merasa bersalah.
Jam 07.00 Wib, aku berangkat kerja. Menjalani rutinitas biasa, yang selalu terasa membosankan. Aku bekerja sebagai salah seorang honorer di sebuah sekolah negeri di desa ku. Sudah hampir tujuh tahun.
Jam 12.05, aku pulang kerja. Sebentar lagi adzan dzuhur akan berkumandang. Aku rebahan sebentar di ranjang, menanti waktu sholat masuk. Namun ternyata aku ketiduran, hingga suara adzan membangunkan ku. Harusnya aku bangun dari tidurku, tapi rasanya begitu malas untuk duduk.
Aku lanjutkan lagi tidurku. Toh, masih adzan. pikirku.
Aku melamun tak tentu arah, tak ku pedulikan suara iqomah yang terdengar. Aku merasa begitu malas dan capek. Hingga akhirnya jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah dua, dan aku pun bangkit. Namun perutku terasa begitu lapar. Aku ke dapur dan makan siang. Sekitar jam 2, aku baru hendak melakukan sholat dzuhur. Dan aku terlambat lagi...
Ketika adzan sholat ashar, aku sedang asik berkutat dengan laptop ku, mengerjakan beberapa pekerjaan. Tapi aku terus saja bekerja, tanpa menghiraukan suara adzan. Jam lima sore, aku sholat ashar. Sudah sangat terlambat!
Sore, seperti biasa, aku sedikit berolahraga dengan bermain bola voli di lapangan desa. Lapangan itu tak begitu jauh dari mesjid. saking asiknya bermain, aku tak sadar, kalau waktu magrib sudah hampir masuk. Dan tak lama kemudian suara adzan magrib pun terdengar nyaring di telinga ku. Tapi aku masih saja enak-enakan ngobrol dengan teman-teman di lapangan. Setelah ku dengar suara imam membaca surat Al-Fatihah, baru lah saya beranjak pulang dan mandi. Aku sholat hampir jam tujuh malam. Sudah terlambat lagi...
Selesai sholat magrib, aku buka handphone dan menonton film kesukaanku. Tak lama kemudian, suara adzan Isya pun berkumandang dari mesjid. Aku tetap menonton. Nanggung film nya belum habis, bathinku. Tak sadar, sudah dua film yang aku tonton, dan jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 09.30 wib malam. Aku pun berwudu dan sholat Isya. Masih sangat terlambat....
Begitu lah selalu, hampir setiap harinya. Bahkan kadang aku dengan sangat sengaja tidak sholat sama sekali. Dengan alasan malas, capek dan bosan.
Tuhan, maafkan aku yang selalu terlambat melaksanakan kewajibanku. Aku lebih mementingkan dunia ku. Tak peduli sudah berapa banyak nikmat yang Engkau titipkan padaku, namun aku selalu saja lalai.
Maafkan aku Tuhan, yang telah menyepelekan himbauan-Mu!
********************
FITNAH ...
Ada banyak cara menjadi dewasa.
Kadang begitu mudah, semudah membaca buku dan menemukan kearifan ditiap lembar
halaman. Bahkan ada yang lebih mudah, seperti bercermin pada setiap kejadian
yang terjadi pada orang lain.
Tapi tak jarang, kita harus
menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan sadar. Kita harus
melewati sungai fitnah yang berarus jeram. Membelah rimba cobaan dengan kerja
dan sabar. Bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah dan
menjadi dewasa.
Ada yang berhasil, tapi banyak
pula yang gugur ditengah jalan. Orang-orang yang berhasil menjadi lebih arif
sikapnya. Lebih dalam kemampuannya. Lebih luas pemahamannya. Dan lebih terbuka
menerima segala. Sedangkan mereka yang gagal, telah menjadi gusar, bahkan gusar
mereka melebihi sebelum fitnah datang. Sumbu emosi mereka lebih pendek dan
mudah terbakar. Mereka telah gagal melanjutkan perjalanan menuju kearifan dan
kedewasaan.
Sesungguhnya, perjalanan masih
sangatlah panjang. Tapi mana mungkin ditempuh dalam keadaan papah. Tak mungkin
perjalanan diselesaikan tanpa kemampuan menangkap hikmah, menyerap ilmu,
apalagi berjalan tanpa ma’rifat kepada_Nya.
Hati yang gentar pada fitnah,
benak yang gusar pada fitnah, akal yang buntu karena fitnah, akan membuat kaki
kita terantu-antuk batu dalam setiap langkah. Lalu kita akan menyerah sebelum
perjalanan usai dan purna.
Fitnah selalu ada. Semakin tinggi
tingkat kearifan, maka semakin besar pula fitnah menghantam. Selayaknya fitnah
harus kita jadikan ukuran. Jika waktu lalu, cobaan yang datang untuk kita
selesaikan sama dengan cobaan yang kita hadapi sekarang, sungguh tak ada
peningkatan apapun yang kita dapatkan.
Ketakutan memang sering
menggalikan liang kubur untuk akal sehat yang kita perlukan. Rasa gentar pu
sering mengabarkan jalan semu yang menyesatkan. Jangan lari ketika fitnah
datang. Jangan pula berpaling ketika cobaan menghadang. Lewati saja. Tembus
saja. Sejatinya, fitnah dan cobaan adalah pintu-pintu menuju kedewasaan. Selama
kita berpegang teguh pada tali Allah, sungguh, tak ada yang perlu ditakutkan.
Sepanjang kita tak bermaksiat kepada pencipta alam, tidak perlu pula takut dan
gentar.
Tapi sebaliknya, jika kita
bermaksiat kepada Allah, maka semua yang kita alami adalah awal dari
kehancuran. Satu-satunya penyebab paling absolut sebuah kebinasaan adalah,
karena kita bermaksiat kepada Allah. Jika sudah demikian, ketakutan akan
mengepungmu. Kegalauan akan menelikung setiap langkahmu. Dan perjalanan begitu
berat. Tak ada jalan lain jika sudah begitu; cepat bertaubat atau tenggelam
dalam sesat.
**************
Komentar
Posting Komentar